SURABAYA (mediasurabayarek.net) - Dalam penilaian Otoritas Jasa Keuangan, bahwa stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai, dan profi risiko yang terjaga. Sehingga mampu menghadapi potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Arah kebijakan OJK 2024 disampaikan dalam pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) yang digelar di Jakarta, Selasa dan dihadiri Presiden RI Joko Widodo.
Dalam acara ituOJK juga meluncurkan Taksonomi untuk Keuangan Berkelanjutan Indoensia (TKBI).
Dalam kesempatan PTIJK, Presiden RI Joko Widodo mengapresiasi OJK dan kerja sama seluruh pihak dalam memajukan dan mewujudkan resiliensi industri jasa keuangan Indoensia.
Dalam arahannya, Presiden RI menyampaikan untuk terus belajar dari krisis keuangan di masa lalu dan agar tetap waspada dalam menjaga idnsutri jasa keuangan dan perekonomian. Dan terus meningkatkan tingkat literasi dan inklusi keuangan serta dukungan terhadap pembiayaan UMKM dan keuangan berkelanjutan.
Namun demikian, pasar masih mencermati perkembangan geopolitik ke depan, seperti eskalasi ketegangan di laut merah imbas dari konflik Timur Tengah, serta penyelenggaraan pemilihan umum sepanjang tahun 2024 yang mencakup 50 persen populasi dunia, terutaa di beberapa negara utama sepert AS, Uni Eropa, India, dan Taiwan serta pemulihan ekonomi Tiongkok.
Secara umum sentimen di pasar keuangan global cenderung positif sejak Desember 2023 didukung oleh ekspektasi penurunan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) dan perkiraan soft landing di AS.
Sehingga mendorong kembalinya aliran dana masuk ke Emerging Markets (EM) dan menjadi penopang penguatan pasar keuangan global, termasuk pasar keuangan Indonesia.
Di domestik, leading indicators perekonomian nasional masih cukup positif, di antaranya ditunjukkan oleh neraca perdaganganyang masih surplus dan PMI Manufaktur yang masih ekspansif.
Tingkat inflasi juga terjaga rendah pada tahun 2023 di level 2,61 persen yoy. Namun demikian masih perlu dicermati perkembangan permintaan domestik ke depan, seiring masih berlanjutnya penurunan inflasi inti, penurunan optimisme konsumen, serta melandainya pertumbuhan penjuala rtel dan kendaraan bermotor. (ded)
0 komentar:
Posting Komentar