728x90 AdSpace

  • Latest News

    Minggu, 14 November 2021

    Kolaborasi FKM UNAIR dan Kementerian Kesehatan Gelar Diseminasi Program Peningkatan Kesehatan Reproduksi Mahasiswa

     

                                   




    SURABAYA (mediasurabayarek.com) -  Diseminasi program peningkatan  kesehatan reproduksi mahasiswa diselenggarakan atas kolaborasi FKM UNAIR dan Kementerian Kesehatan, yang digelar di Hotel Bumi Surabaya, Sabtu (13/11/2021). 

     Lutfi Agus Salim dari FKM UNAIR , Ketua Pelaksana Kegiatan menyatakan, bagaimana mahasiswa  meningkat pengetahan dan sikapnya terhadap kesehatan reproduksi. Rangkaian kegiatan  telah berjalan dengan baik ,  mulai merancang media isinya apa, aplikasi,  buku, infografis, website dan sebagainya.

    "Kita implementasikan lewat kegiatan kegiatan offline dan online setiap minggunya. Bagaimana mahasiswa yang punya potensi itu, bisa mengembangkan dan mengimplementasikan  pada mahasiswa lainnya," ucapnya. 

    Menurut Lutfi Agus,  tujuan utama bagaimana peningkatan kesehatan reproduksi  dari mahasiswa dan untuk mahasiswa. Karena mahasiswa lebih nyaman dan curhat pada teman sesama mahasiswa, daripada kepada dosennya.

    "Melalui media ini, mahasiswa bisa bebas menyampaikan masalahnya, potensinya. Jika ada masalah ada aplikasi Curhatin Aja. Nanti , kita intervensi melalui disiplin atau orang orang yang punya kapasitas untuk intervensi profesional," ujarnya.

    Dari semula yang dilatih 19 orang, menggaet 72 orang dan mengadvokasi 712 mahasiswa dalam waktu singkat. Kita harapkan menlar terus dan menjadi  ribuan orang yang mengetahui peningkatan  kesehatan reproduksi mahasiswa.

    "Ini kerjasama dari funding, Kementerian Kesehatan dan UNAIR, dan mitra programnya dari UNAIR dan UNESA. Dalam segala kegiatan awal hingga akhir melibatkan stakeholder lain dari Kemenkes,  Dinas Kesehatan Provinsi Jawa-Timur, Dinas Kesehatan Kota , GENRE, BKKBN dan mahasiswa," ucap  Lutfi Agus.

    Dalam pemaparannya, Lutfi Agus menyebutkan, bahwa analisis masalah remaja saat ini adalah kehamilan yang tidak diinginkan, kawin muda, NAPZA, HIV/AIDS, penyakit menular seksual dan aborsi. 

    Sebagaimana diketahui, selama  pandemi Covid-19  berdampak pada kesehatan reproduksi remaja, penurunan subtansial  dalam aktivitas fisik remaja dan peningkatan waktu screen time , yang mungkin secara negatif mempengaruhi kesehatan fisik dan mental remaja.

    Adanya karantina,  menyebabkan efek psikologis negatif , termasuk gejala stress traumatis,kebingungan dan kemarahan. Dan karantina dapat meningkatkan resko kekerasan berbasi gender, serta kekerasan dalam rumah tangga , yang telah diamati dalam wabah penyakit besar lainnya. 

    Dalam yang dirasakan para remaja akibat pandemi Covid-19 menyebabkan pendidikan formal bagi kaum muda sangat terpengaruh. Dampak langsung adanya penutupan pendidikan non-formal, yang menghalangi mereka dari keterlibatan sosial dengan teman sebaya dan pendidik mereka.

    Juga, terbatasnya layanan dan informasi kesehatan seksual dan reproduksi. Bahkan beberapa gadis dan wanita muda mungkin mengalami tingkat kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan pasangan yang lebih tinggi yang didorong oleh karantina dan isolasi.

    Masalah perlindungan dan psikososial dari mereka yang pengasuhnya terinfeksi, dikarantina, atau meninggal dunia.

    Lebih terasa lagi, dampak dari pandemi Covid-19  adalah terjadinya penurunan kunjungan masyarakat ke fasilitas kesehatan, meningkatnya resiko kehamilan tidak diinginkan (KTD), kekerasan berbasis gender, termasuk perkawainan usia anak yang kini terjadi.

    Kondisi ini memicu peningkatan angka kematian ibu, angka kematian bayi, dan stunting. Permasalahan ini perlu mendapatkan perhatian sebagai  upaya dalam melihat pola pola kehidupan penduduk dalam  upaya adaptasi kehidupan baru, pasca pandemi Covid-19.

    Selama pandemi Covid-19 dan KKR , terjadinya penurunan akses terhadap layanan fasilitas kesehatan, sehinga terjadinya unwanted pregnancy dan mistimed pregnancy.

    Ada 47 perempuan yang diperkirakan tidak bisa mengakses metode kontrasepsi. Tercatta 7 juta Kehamilan Tidak Diingankan di neara negara berkembang selama 6 bulan lockdown.

    Selain itu, terjadi 31 juta kasus kekerasan berbasis gender, 2 juta kasus pemotongan kelamin perempuan, dan 13 juta perkawaniann usia anak.

    Tujuan utama, terselenggaranya upaya peningkatan kesehatan reproduksi bagi mahasiswa UNAIR dan UNESA melalui program peer educator tingkat mahasiswa dan pemanfaatan media offline, online serta hotline. Lebih khusus lagi, adalah tersusunya panduan dan media KIE kesehatan reproduksi bagi mahasiswa di UNAIR dan UNESA. Tersusunnya konsep pelaksanaan kegiatan implementasi peningkatan reproduks bagi mahasiswa UNAIR dan UNESA,dengan memanfaatkan TIK, berupa media online dan offline serta help bagi mahasiswa.

    Sementara itu, Muthmainnah dari FKM UNAIR, mengatakan, sebelum dan sesudah pelatihan GENTABS (Generasi MANTABS : Mandiri, Aktif, Nasionalis, Totalitas, Asyik, Briiliant dan Sukses) ada peningkatan signifikan.

    "Setiap minggu menyampaikan progresnya. Keberhasilan ini dari dan untuk mahaiswa," kata Muthmainnah.

    Konsep Gen-Tabs Indonesia, meliputi edukasi, konseling, skrining dan kode refferal. Aplikasi berbasis android Gen-TABS Indonesia , misalnya konseling : Curhatin aja ! 

    Untuk bergabung, mengisi form kesediaan menjadi klien, setelah mengisi ada notif. Data ini rahasia , jenis masalah, deskripsi masalah, pilihan teknis konseling (online/offline) terhubung dengan WA admin, instagram. 

    Dan, diperolehnya rekomendasi untuk pengembangan program peer educator tingkat mahasiswa di UNAIR dan UNESA, 

    Hasil koordinasi dengan stakeholder teknis program, MOT di mahasisw Fakultas di Bidang Kesehatan UNAIR (FK, FKM, Kep) terdapat  18 mahasiswa. TOT (fakultas non bidang kesehatan di 11 fakultas UNAIR dan 7 Fakultas/ UNESA) : 72 mahasiswa (setiap trainer MOT menjadi mentor 6 mahasiswa). Dan  masyarakat kampus (online  Refferal) target 500.

    Dijelaskan Muthmainnah, syarat mahasiswa sebagai peer educator MOT adalah mahasiswa aktif semester tingkat pertama/kedua di FK, FKM, FKP UNAIR, domisili Surabaya, memiliki akses internet yang stabil, wajib mengikuti pelatihan sesuai jadwal, dan bersedia menjadi mentor untuk 6 mahasiswa.

    RTL Need Assessment mahasiswa berupa pengembangam media dan buku KRR mahasiswa, aplikasi bertujuan sebagai instrumen KKR, pre post test, medua edukasi, indikator jumlah yang diedukasi (kode referrl), sosial meda : youtube, instagram, aplikasi berbasia android dan website. (ded)

    • Blogger
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: Kolaborasi FKM UNAIR dan Kementerian Kesehatan Gelar Diseminasi Program Peningkatan Kesehatan Reproduksi Mahasiswa Rating: 5 Reviewed By: Media Surabaya Rek
    Ke Atas