728x90 AdSpace

  • Latest News

    Sabtu, 30 Oktober 2021

    Pelatihan MTBM - MTBS Bagi Tenaga Kesehatan Untuk Turunkan Angka Kematian Balita

     








    SURABAYA  (mediasurabayarek.com) -  Pelatihan Manajemen  Terpadu Bayi Muda (MTBM) -  Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) untuk tenaga kesehatan di Kota Surabaya, Kabupaten Jember, dan Kabupaten Bojonegoro, yang merupakan program kerjasama antara  Geliat Airlangga dan Unicef diselenggarakan secara daring, dengan mengusung tema " Peningkatan Kapasitas Tenaga Kesehatan dalam Pelaksanaan MTBM", Sabtu (30/10/2021).

    Ratih Kristiana Wijaya S ST, Fasilitator MTBS menyatakan,  salah satu upaya dalam menurunkan angka kematian balita,  antara lain melalui peningkatan keterampilan tenaga kesehatan di puskesmas. Yakni  melalui pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).  Kematian balita merupakan salah satu indikator penting yang menunjukkan derajat kesehatan masyarakat.

    Pelaksana MTBS adalah tenaga kesehatan di unit rawat jalan tingkat dasar, yaitu perawat, bidan dan dokter. Akan tetapi bukan untuk rawat inap dan bukan untuk kader.

    "Apalagi sekarang ini masa pandemi Covid-19, ada bayi atau balita datang-datang ke Puskesmas,  sudah berstatus gizi kurang, karena kemampuan ekonomi masyarakat turun. Dalam pelayanan harus ramah anak, menjaga protokol kesehatan (prokes) dalam pelayanan. Tidak kalah pentingnya, ibu harus konsisten dalam memberikan ASI pada bayinya," ucapnya.

    Dalam pemberian ASI, posisi bayi menetek harus benar, dagu menempel pada payudara, mulut terbuka lebar, menghisap dalam, dan  terdengar suara menelan. 

    Sementara itu, Dr Ahmad Shohib mengatakan, untuk  masalah gizi  kurang yang dialami bayi usia di bawah 2 bulan, tidak berdasarkan pada tinggi badan. Sebab, pertumbuhan belum bisa dikoreksi pada  anak dibawah 2 bulan. Tetapi, berat badan bayi dipengaruhi faktor gizi pada bayi muda. 

    "Berat badan bayi sensitif sekali, kekurangan minum saja berpengaruh pada berat badan. Bayi muda beresiko sekali. Apa yang ada di buku KIA sudah sesuai dengan yang dibutuhkan bayi," ucap dr Ahmad Shohib.

    Menurutnya, pelatihan MTBM sangat penting pada tenaga kesehatan itu sangat penting. Khususnya ibu yang mengalami nifas (baru melahirkan), karena sangat potensial untuk mencegah kematian ibu, menjadi perhatian tenaga kesehatan di puskesma. 

    "Pada ibu yang baru melahirkan satu minggu hingga 13 hari dan mengalami pendarahan, bisa meninggal dunia. Karenanya, ibu yang mengalami nifas tidak boleh ke mana mana. Kesehatan bayi dan ibunya harus dijaga dan ditingkatkan demi keselamatannya," kata dr Ahmad Shohib. 

    Ditambahkan Ratih Kristiana Wijaya S ST, Fasilitator MTBS, pentingnya pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tata laksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita secara keseluruhan).

    Pelaksaan program holistik, integrasi dan berkelanjutan mulai dari ibu hamil, bayi, balita, anak anak, remaja , hingga dewasa. 

    Keuntungan MTBS bermanfaat bagi program ISPA, diare, imunisasi (untuk mengurangi missed opportunities), malaria untuk memperbaiki penanganan malaria  pada balita dan promosi kelambu.

    Sedangkan manfaat bagi kesehatan ibu untuk mendiskusikan kesehatan ibu dan memberikan pelayanan. Gizi untuk konseling bagi ibu untuk cara pemberian makanan pada anaknya dan cara meneteki yang benar. Dan promosi kesehatan untuk mencari pertolongan kesehatan secara tepat.

    "Buku bagan MTBS merupakan panduan dan harus digunakan ketika melayani bayi muda baik sehat maupun sakit dan balita sakit. Buku ini terdiri dari penilaian,  klasifikasi dan tindakan/pengobatan balita sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun (sampai umur 5 tahun berarti anak belum mencapai ulang tahunnya yang kelima), " kata  Ratih Kristiana Wijaya S ST. 

    Dipaparkannya, untuk balitas usia di atas 2 bulan, dengan tanda bahaya umum seperti batuk/sukar bernafas, diare, demam, masalah telinga, memeriksa status gizi, memriksa anemia, status HIV, status imunisasi, vitamin A dan keluhan lain.

    Sedangkan bayi usia di bawah 2 bulan, penyakit sangat berat dan infeksi bakteri, ikterus , diare, HIV, kemungkinan BB rendah dan ASI, vitamin K, masalah keluhan lain dan keluhan ibu.  

    Sedangkan, formulir pencatatan balita sakit umur kurang dari  2bulan, dipergunakan pada saat kondisi sakit , juga digunakan pada saat melakukan  kunjungan neonatal (KN1/2/3). Semua penilaian pada formulir bayi muda harus  terisi klasifikasinya , kecuali bila tidak ada keluhan diare.

    Sehingga semakin banyak balita sakit yang dapat dicegah dari kematian. Penerapan MTBS di puskesmas dapat memperkuat sistem pelayanan kesehatan agar penanganan balita sakit lebih efektif, meningkatkan kualitas pelayanan, meningkatkan peran keluarga dan masyarakat, serta akan melindungi perawat dan bidan bilamana menjumpai permasalahan setelah memberikan pelayanan.

     Pelayanan balita sakit dengan pendekatan MTBS dinilai cost effective dan dapat memberikan kontribusi sangat besar untuk menurunkan angka kematian neonatus, bayi dan anak balita bila dilaksanakan secara benar dan luas. 

    Dengan demikian tenaga kesehatan yang memiliki kewenangan melayani balita sakit harus kompeten melakukan MTBS dengan benar sesuai standar serta menerapkan pendekatan MTBS secara luas terhadap seluruh balita sakit dan bayi muda yang datang ke puskesmas. 

    Kegiatan ini bertujuan untuk membentuk tim fasilitator Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di provinsi yang nantinya dapat dapat menjadi pelatih dan melakukan transfer pengetahuan dan keterampilan kepada tenaga kesehatan terutama dokter, bidan, dan perawat di provinsinya masing-masing serta dapat menjadi pendamping kalakarya MTBS di puskesmas. (ded)


    • Blogger
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: Pelatihan MTBM - MTBS Bagi Tenaga Kesehatan Untuk Turunkan Angka Kematian Balita Rating: 5 Reviewed By: Media Surabaya Rek
    Ke Atas