SURABAYA (mediasurabayarek.com) - Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Cabang Surabaya mengimplementasikan sistem antrian online pada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) , baik klinik utama maupun Rumah Sakit (RS) yang melayani peserta JKN-KIS.
Hal ini dilakukan setelah sebelumnya penggunaan sistem antrian online dimaksimalkan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dengan tujuan sebagai tindakan preventif terhadap resiko penyebaran penyakit, inveksi maupun virus, termasuk Covid-19.
Selain itu, penggunaan antrian online juga akan semakin membuat masyarakat yang ingin berobat bisa lebih aman dan nyaman karena tidak perlu menunggu antrian di fasilitas kesehatan untuk waktu yang lama.
Kabid Penjaminan Manfaat Rujukan (PMR) BPJS Kesehatan Surabaya, dr Binti Lukluah menjelaskan, dari 8 klinik utama dan 42 rumah sakit (RS) yang sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan Surabaya, ada 11 yang sudah terkoneksi dengan antrian online yang ada di Mobile JKN.
“Sampai saat ini sudah ada 11 RS yang sudah terkoneksi untuk antrian online dan sudah melakukan bridging dengan Mobile JKN. Namun yang benar-benar sudah terkoneksi secara sempurna untuk sistem antrian online real time, adalah Rumah Sakit Islam (RSI) Jemursari,” ujarnya saat dimintai konfirmasi, Selasa (5/10/2021).
dr Binti juga menjelaskan bahwa meski sudah ada antrian online, tetapi prosedurnya tetap harus sistem berjenjang, dimana pasien harus tetap mendaftar di fasilitas kesehatan tahap pertama (FKTP).
Nanti setelah diberi rujukan ke RS, pasien bisa membuka aplikasi Mobile JKN dan memilih menu pendaftaran pelayanan, kemudian faskes rujukan tingkat laanjut.
“Nanti disana juga akan terdata atau keluar rujukkan tadi. Lalu nanti akan muncul waktu pelayanannya juga. Biasanya pasien akan diminta datang 30 menit sebelum waktu pelayanan yang ditentukan,” tambahnya.
Sementara itu, terkait dengan antrian online ini, Direktur Utama Rumah Sakit Islam (RSI) Jemursari Surabaya, dr. Bangun Trapsila Purwaka SpOG-K menjelaskan, sebelumnya, RSI Jemursari sudah mengembangkan pelayanan antrian online, meski faktanya peminatnya belum terlalu banyak.
“Kami menyambut baik dan kemudian kami integrasikan dengan sistem antrian online RSI Jemursari. Dengan demikian, nantinya masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan, bisa membuka aplikasi antrian online baik yang kami miliki maupun milik BPJS yang ada di Mobile JKN,” ujarnya.
Dengan adanya antrian online ini, lanjut dr. Bangun, pasien tidak perlu lagi bergerombol saat menunggu atau mengantri. Pasien bisa datang pada saat mau dilayani.
“Tentunya ini akan memudahkan masyarakat karena tidak perlu lagi menunggu terlalu lama, karena bisa datang mendekati waktu yang sudah ditentukan dalam aplikasi antrian online ini untuk dilayani. Nanti mereka tinggal datang dan mendaftar di anjungan pendaftaran mandiri sebagai pernyataan bahwa dia sudah datang,” jelas dr. Bangun.
Selain itu, dr. Bangun juga menjelaskan bahwa dengan antrian online ini, tentu saja akan mengurangi potensi penularan atau resiko inveksi penyakit, termasuk Covid-19.
Dan bagi RS, lanjut dr. Bangun, juga sangat menguntungkan karena bisa mendapatkan data berapa kira2 pasien yang akan datang ke RSI jemursari pada hari tertentu. Lalu bagian mana saja yang dituju oleh pasien tersebut.
“Dengan mengetahui lebih awal, tentu kami juga bisa menyiapkan data pasien yang dibutuhkan lebih baik lagi. Apalagi kami juga sudah menjalankan rekam medis elektronic, sehingga lebih cepat pelayanannya,” terang dr. Bangun.
Guna mendukung maksimal fungsi antrian online, RSI jemursari Surabaya juga terus melakukan inovasi pelayanan yang tujuannya selain memudahkan pasien juga untuk meminimalisir penularan penyakit di RS.
“Kami sedang mengembangkan program hantaran obat. Dan kami berharap dalam 1-2 bulan lagi sudah bisa jalan,” jelasnya.
Dengan program hantaran obat ini, lanjut dr. Bangun, nantinya waktu masyarakat berada di RS akan semakin pendek, karena setelah pasien datang sesuai waktu berdasarkan antrian online, lalu diperiksa, setelah itu bisa langsung pulang, karena nanti obatnya akan diantar kerumah.
“Kami memang sempat kerjasama dengan halodoc untuk program ini. Tapi karena kalau dihitung-hitung cukup mahal, makanya kita sedang menyiapkan sistem sendiri. Intinya, kami ingin masyarakat tidak terbebani terlalu mahal, syukur-syukur bisa gratis,” pungkas dr. Bangun. (dd/kus)
0 komentar:
Posting Komentar