SURABAYA (mediasurabayarek.com) - PT Amartha Mikro Fintek (Amartha)-- perusahaan financial tecnology (fintech) peer to peer lending (p2p)-- yang berfokus pada pemberdayaan perempuan pengusaha mikro di pedesaan, hingga September 2021 mencatatkan penyaluran modal sebesar Rp 320, 5 miliar untuk area Jawa Timur.
Penyaluran modal ini merupakan wujud dukungan Amartha terhadap peningkatan inklusi keuangan, yang sejalan dengan momentum Bulan inklusi Keuangan yang diperingati setiap bulan Oktober.
Pendanaan disalurkan 100 persen kepada perempuan pengusaha mikro yang tersebar di 3.165 desa di Propinsi Jawa Timur. Amartha mengelola lebih dari 170.000 mitra yang tersebar di 23 kota di Provinsi Jawa Timur, seperti Surabaya, Pacitan, Jombang, Banyuwangi dan kabupaten lainnya.
Mitra Amartha menjalankan UMKM yang bergerak di berbagai sektor, mulai dari perdagangan, industri rumah tangga, maupun kerajinan tangan. Namun sektor perdagangan merupakan sektor yang paling dominan dipilih oleh mutra Amartha, porsinya mencapai 60 persen.
Amartha optimistis sampai akhir tahun ini bisa mengejar target penyaluran kredit di wilayah Jawa Timur yang mencapai Rp 500 miliar.
Hadi Wenas, Chief Commercial Officer Amartha menyatakan, potensi pengembangan UMKM di wilayah Jawa Timur cukup besar dan terbilang stabil du tengan tantangan pandemi Covid-19.
Ini terlihat dari catatan tingkat pengembalian atau replacement rate wilayah Jawa Timur, yakni 98,17 persen, setelah Juni 2020. Memang perolehan ini sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan provinsi lain di luar pulau Jawa yang mencapai 99 persen.
Namun mengingat kondisi pandemi Covid 19 di Jawa lebih tinggi daripada di luar Jawa, perolehan ini sudah cukup baik dan bisa ditingkatkan seiring dengan perbaikan ekonomi pasca covid- 19.
Dijelaskan Hadi Wenas, bahwa dari target penyaluran kredit usaha di Jatim sebesar Rp 500 miliar tersebut, hingga September telah terealisasi sebesar Rp320 miliar, dengan outstanding Rp 235 miliar, serta jumlah mitra di Jatim sebanyak 170.000 mitra, dan tingkat NPL di bawah 1 persen.
Selama pandemi seluruh sektor memang terdampak penurunan, termasuk bagi peer to peer lending kami yang anjlok mulai April, Mei, Juni 2020, tetapi sekarang sudah recovery, dan di Jatim kinerjanya cepat sekali meningkat.
Wenas menyebutkan rata rata borrower atau penerima pinjaman sebagai mitra binaan yang menerima kredit usaha mikro ini, sebesar 60 persen bergerak di sektor perdagangan, misalnya seperti warung makan, toko kelontong, warung pulsa, warung kopi dan pedagang sayur, selanjutnya dikontribusi oleh sektor pertanian kecil dan industri rumah tangga.
Wenas mengungkapkan, perkembangan bisnis Amartha di Jatim juga tidak terlepas dari adanya kolaborasi yang sinergis dengan sektor perbankan. Salah satunya sengan Bank Jatim, yang telah bergabung sebagai pendana institusi di Amartha sejak tahun lalu.
“Bank Jatim saat itu berkomitmen menyalurkan pendanaan sebesar Rp500 miliar melalui Amartha untuk mendongkrak potensi UMKM di Jatim dan beberapa daerah lainnya. Selain itu juga ada kerja sama dengan BPR Pujon Jawa Makmur yang punya komitmen pendanaan Rp3,2 miliar, dan BPR Nusumma Rp12 miliar,” ucapnya.
Untuk memastikan perkembangan UMKM dan menjaga kualitas pinjaman dari para mitra, Amartha menjalankan strategi dengan mengkombinasikan sistem online-offline atau sistem hybrid.
“Pada sistem online, kami optimalkan penggunaan teknologi machine learning untuk menentukan credit scoring yang akurat, yang berfungsi untuk menganalisa kemampuan bayar peminjam, melalui data historikal pengembalian pinjaman, tingkat kehadiran dalam majelis, hingga analisa psikometri,” ujar Wenas.
Sedangkan pada sistem offline, Amartha mengerahkan tenaga lapangan yang bertanggung jawab untuk memonitor perkembangan usaha para mitra di pedesaan. Khusus di Jatim, Amartha didukung oleh lebih dari 900 orang tenaga lapangan yang mengelola 111 poin di berbagai kabupaten.
“Mereka ini memberikan edukasi literasi keuangan dan digital, memonitor kehadiran peserta dalam majelis, dan membantu para mitra di pedesaan untuk mendapatkan layanan keuangan inklusif,” katanya.
Strategi kombinasi offline-online ini terbukti efektif untuk menjaga kualitas pinjaman dari para mitra. Memang porsi online dan offline masih seimbang, yakni 50 : 50.
Ke depannya, Amartha berencana untuk memperbesar porsi online menjadi 70 :30. Oleh sebab itu, saat ini kami mulai mengembangkan layanan keuangan digital yang mudah dipahami oleh para borrower di pedesaan. Di saat bersamaan, tenaga lapangan juga mempersiapkan para mitra untuk lebih akrab dengan digitalisasi dengan memberikan edukasi literasi digital.
0 komentar:
Posting Komentar