SURABAYA (mediasurabayarek.com) - Kongres Nasional (KONAS) II Perhimpunan Bedah Kepala Leher Indonesia (PEBKLI) digelar mulai 17-18 Pebruari 2018 yang dihadari sebanyak 150 dokter dari seluruh Indonesia, diselenggarakan di Surabaya, Sabtu (17/2).
Ketua Panitia , Dr Marjono menyatakan, misi Konas adalah memberikan ilmu kepada para dokter umum dan spesialis bedah, khususnya mengenai bedah leher dan kepala secara menyeluruh.
"Apa yang tidak diketahui oleh dokter didiskusikan di acara seminar ini. Kasus-kasus yang jarang ditemui akan dipresentasikan oleh beberapa peserta didik di sini," katanya.
Dr Marjono yang juga Ketua Divisi Kepala Leher Departemen Bedah RSUD Dr Soetomo mengatakan, sebenarnya pendidikan bedah leher dan kepala sudah di Surabaya.
"Namun seminar kali ini merupakan pendidikan lanjutan spesialis bedah, yang mengkhususkan bedah leher dan kepala. Selama ini, yang kasus yang kerapkali terjadi adalah trauma wajah, kasus bawaan sejak anak -anak, seperti kelainan pembuluh darah, penyakit endokrin, dan kasus rongga mulut," ucapnya.
Namun demikian, kasus berat yang ditangani adalah operasi rekonstruksi yang perlu persiapan matang oleh tim dokter. Juga tangani kemoterapi dan lainnya.
"Dokter harus bisa menjelaskan pada pasien perihal penyakit yang dideritanya. Sebab , terkadang harapan pasien tak sesuai keinginan," cetus Dr Marjono.

Dijelaskan Dr Marjono, kasus trauma wajah yang diderita pasien, akibat kecelakaan lalu lintas yang dialami pengendara motor maupun mobil, juga banyak ditangani para dokter. Bisa juga trauma wajah ,akibat penganiayaan dan kasus lainnya.
Untuk kasus trauma wajah akibat kecelakaan lalu lintas, dokter mendukung penuh penuh program pemakaian helm yang dicanangkan sejak tahun 1990-an silam.
Pemakaian helm yang benar, akan menurunkan kejadian trauma wajah kalau terjadi kecelakaan lalu-lintas di jalan raya. "Pemasangan helm tidak benar. Maka, rahang bawah tak terlindungi dan bisa terjadi trauma wajah. Sebaiknya, menggunakan helm teropong yang menutupi seluruh wajah. Agar rahang terlindungi," ungkap Dr Marjono.
Dalam kesempatan itu, Dr Marjono menegaskan, rata-rata per bulan RSUD Dr Soetomo menangani sebanyak 30-50 pasien yang mengalami kelainan dan penyakit leher dan kepala.
"Namun demikian, banyak kasus yang sudah lanjut dan complicated. Selama ini, rumah sakit yang menangani kasus leher dan kepala yang ditangani di daerah terbatas. Penyebabnya adalah kemampuan dan peralatan rumah sakit daerah itu tidak memadai dan harus merujuk ke RSUD Dr Soetomo yang peralatannya lengkap dan canggih," tukasnya.
Untuk itulah, para dokter umum juga harus tahu kasus penyakit kepala dan leher. "Ya, paling tidak dokter tahu pasien harus dirujuk ke rumah sakit yang memadai dokter dan peralatannya. Juga kemungkinan dan menjelaskan pada pasien bila harus menjalani operasi. Utamanya, tentang tahapan-tahapan operasi yang dijalani pasien," ungkap Dr Marjono.
Atas dasar itulah, Dr Marjono mengimbau pada masyarakat, jikalau merasakan ada sesuatu yang menggangu pada dirinya segera periksakan ke dokter. "Jangan sampai mereka yang takut penyakitnya, malah pergi ke alternatif. Soal biaya pasien tak perlu takut, karena sudah ada BPJS kesehatan. Penyakit pasien bisa segera tertangani dengan baik, " katanya. (ded)
0 komentar:
Posting Komentar